Kamis, 13 April 2017

Mengharamkan Yang Halal Dan Menghalalkan Yang Haram

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

halal haram dalam islam

Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram adalah berdosa besar.

Islam mencela orang-orang yang suka mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram. Dan hal ini merupakan suatu pengungkungan dan penyempitan bagi manusia yang sebenarnya oleh Allah diberikan keleluasaan. Allah SWT berfirman :

وَ لاَ تَقُوْلُوْا لِمَا تَصِفُ اَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هذَا حَللٌ وَّ هذَا حَرَامٌ لّتَفْتَرُوْا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ، اِنَّ الَّذِيْنَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُوْنَ. النحل: 116
Artinya : 
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. [QS. An-Nahl : 116]

Dan Rasulullah SAW mencela dan melaknat orang-orang yang suka berlebih-lebihan, sebagaimana riwayat berikut :

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: هَلَكَ اْلمُتَنَطّعُوْنَ. قَالَهَا ثَلاَثًا. مسلم 4: 2055
Artinya : 
Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan”. Beliau bersabda demikian tiga kali. [HR. Muslim juz 4, hal. 2055]

Islam adalah agama yang beraqidah tauhid dan longgar. Rasulullah SAW pernah bersabda di dalam khutbahnya, sebagaimana riwayat berikut :

عَنْ عِيَاصِ بْنِ حِمَارٍ اْلمُجَاشِعِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ فِى خُطْبَتِهِ: اَلاَ اِنَّ رَبّى اَمَرَنِى اَنْ اُعَلّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِى يَوْمِى هذَا. كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلاَلٌ وَ اِنّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَ اِنَّهُمْ اَتَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاحْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ وَ حَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا اَحْلَلْتُ لَـهُمْ وَ اَمَرَتْهُمْ اَنْ يُشْرِكُوْابِى مَا لَمْ اُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا. مسلم 4: 2197
Artinya : 
Dari ‘Iyaash bin Himaar Al-Mujaasyi’iy, bahwasanya pada suatu hari Rasulullah SAW berkhutbah, beliau bersabda dalam khutbahnya, “Ketahuilah, sesungguhnya Tuhanku memerintahkan kepadaku untuk mengajarkan kepadamu apa-apa yang kamu belum mengerti dari apa-apa yang Tuhanku telah mengajarkan kepadaku pada hariku ini. (Allah berfirman) : "Setiap harta yang Aku berikan kepada hamba adalah halal, dan sesungguhnya Aku ciptakan hamba-hamba-Ku bersifat lurus semuanya, tetapi kemudian datanglah syetan kepada mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta menyuruh (mempengaruhi) supaya mereka menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak menurunkan hujjah (keterangan) kepadanya". [HR. Muslim, juz 4, hal. 2197]

Hadits tersebut menunjukkan bahwa mengharamkan sesuatu yang halal dapat membawa kepada syirik. Dan karena itu pula Al-Qur'an menentang keras terhadap sikap orang-orang musyrik Arab yang berani mengharamkan atas diri mereka terhadap makanan dan binatang yang baik-baik, padahal Allah tidak mengizinkannya. Diantara mereka telah mengharamkan bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Allah berfirman :

مَا جَعَلَ اللهُ مِنْ بَحِيْرَةٍ وَّ لاَ سَآءِبَةٍ وَّ لاَ وَصِيْلَةٍ وَّ لاَ حَامٍ وَّ لكِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللهِ اْلكَذِبَ، وَ اَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ. وَ اِذَا قِيْلَ لَـهُمْ تَعَالَوْا اِلى مَآ اَنْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ابَآءَنَآ، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ يَهْتَدُوْنَ. المائدة: 103-104  
Artinya : 
Allah sekali-kali tidak mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam, akan tetapi orang-orang kafir membuat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. Apabila dikatakan kepada mereka : "Marilah mengikuti apa yang telah diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab : "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek-moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?". [QS. Al-Maidah : 103-104]

Bahiirah, ialah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang ke lima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya.

Saaibah, ialah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu nadzar. Misalnya : Jika seorang Arab jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka ia biasa bernadzar akan menjadikan untanya saibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat.

Washiilah, ialah seekor domba betina melahrikan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.

Haam, ialah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap Bahiirah, Saaibah,


Created by : Carenza Al Kharraz/05

0 komentar:

Posting Komentar