بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram adalah
berdosa besar.
Islam mencela orang-orang yang suka mengharamkan sesuatu
yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram. Dan hal ini merupakan suatu
pengungkungan dan penyempitan bagi manusia yang sebenarnya oleh Allah diberikan
keleluasaan. Allah SWT berfirman :
وَ لاَ تَقُوْلُوْا لِمَا
تَصِفُ اَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هذَا حَللٌ وَّ
هذَا حَرَامٌ لّتَفْتَرُوْا عَلَى
اللهِ الْكَذِبَ، اِنَّ الَّذِيْنَ يَفْتَرُوْنَ
عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ
يُفْلِحُوْنَ. النحل: 116
Artinya :
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut
oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. [QS. An-Nahl :
116]
Dan Rasulullah SAW mencela dan melaknat orang-orang yang
suka berlebih-lebihan, sebagaimana riwayat berikut :
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: هَلَكَ
اْلمُتَنَطّعُوْنَ. قَالَهَا ثَلاَثًا. مسلم 4: 2055
Artinya :
Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda, “Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan”. Beliau bersabda
demikian tiga kali. [HR. Muslim juz 4, hal. 2055]
Islam adalah agama yang beraqidah tauhid dan longgar.
Rasulullah SAW pernah bersabda di dalam khutbahnya, sebagaimana riwayat berikut
:
عَنْ عِيَاصِ بْنِ حِمَارٍ
اْلمُجَاشِعِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
ص قَالَ ذَاتَ
يَوْمٍ فِى خُطْبَتِهِ: اَلاَ
اِنَّ رَبّى اَمَرَنِى اَنْ
اُعَلّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا
عَلَّمَنِى يَوْمِى هذَا. كُلُّ
مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلاَلٌ وَ
اِنّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَ اِنَّهُمْ اَتَتْهُمُ
الشَّيَاطِيْنُ فَاحْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ وَ
حَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا اَحْلَلْتُ لَـهُمْ
وَ اَمَرَتْهُمْ اَنْ يُشْرِكُوْابِى مَا
لَمْ اُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا. مسلم
4: 2197
Artinya :
Dari ‘Iyaash bin Himaar Al-Mujaasyi’iy, bahwasanya pada
suatu hari Rasulullah SAW berkhutbah, beliau bersabda dalam khutbahnya,
“Ketahuilah, sesungguhnya Tuhanku memerintahkan kepadaku untuk mengajarkan
kepadamu apa-apa yang kamu belum mengerti dari apa-apa yang Tuhanku telah
mengajarkan kepadaku pada hariku ini. (Allah berfirman) : "Setiap harta
yang Aku berikan kepada hamba adalah halal, dan sesungguhnya Aku ciptakan
hamba-hamba-Ku bersifat lurus semuanya, tetapi kemudian datanglah syetan kepada
mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan
atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta menyuruh
(mempengaruhi) supaya mereka menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak
menurunkan hujjah (keterangan) kepadanya". [HR. Muslim, juz 4, hal. 2197]
Hadits tersebut menunjukkan bahwa mengharamkan sesuatu yang
halal dapat membawa kepada syirik. Dan karena itu pula Al-Qur'an menentang
keras terhadap sikap orang-orang musyrik Arab yang berani mengharamkan atas
diri mereka terhadap makanan dan binatang yang baik-baik, padahal Allah tidak
mengizinkannya. Diantara mereka telah mengharamkan bahiirah, saaibah, washiilah
dan haam. Allah berfirman :
مَا جَعَلَ اللهُ مِنْ
بَحِيْرَةٍ وَّ لاَ سَآءِبَةٍ
وَّ لاَ وَصِيْلَةٍ وَّ
لاَ حَامٍ وَّ لكِنَّ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللهِ اْلكَذِبَ،
وَ اَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ. وَ
اِذَا قِيْلَ لَـهُمْ تَعَالَوْا
اِلى مَآ اَنْزَلَ اللهُ
وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا
حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ
ابَآءَنَآ، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ
يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ
يَهْتَدُوْنَ. المائدة: 103-104
Artinya :
Allah sekali-kali tidak mensyariatkan adanya bahiirah,
saaibah, washiilah dan haam, akan tetapi orang-orang kafir membuat kedustaan
terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. Apabila dikatakan kepada
mereka : "Marilah mengikuti apa yang telah diturunkan Allah dan mengikuti
Rasul". Mereka menjawab : "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga
nenek-moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa
dan tidak (pula) mendapat petunjuk?". [QS. Al-Maidah : 103-104]
Bahiirah, ialah unta betina yang telah beranak lima kali dan
anak yang ke lima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya,
dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya.
Saaibah, ialah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja
lantaran sesuatu nadzar. Misalnya : Jika seorang Arab jahiliyah akan melakukan
sesuatu atau perjalanan yang berat, maka ia biasa bernadzar akan menjadikan
untanya saibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat.
Washiilah, ialah seekor domba betina melahrikan anak kembar
yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut washilah,
tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.
Haam, ialah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat
lagi, karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan
terhadap Bahiirah, Saaibah,
Created by : Carenza Al Kharraz/05
0 komentar:
Posting Komentar