بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Siapa orang yang disebut tertipu ??? Mereka yang tertipu itu ialah yang tertipu dunia dengan kenikmatannya. Mereka lebih mengutamakan dunia atas akhirat dan mereka lebih ridha dengannya daripada kehidupan akhirat. Mereka penganut paham hedonisme. Mereka kaum pemuja syahwat kenikmatan dunia
Pernyataan-pernyataan mereka sangat rendah dan mengatakan :
"Dunia itu sifatnya tunai dan kenikmatannya konkret ,
sementara
akhirat itu belum ada sekarang. Sekarang yang tunai itu
lebih
bermanfaat daripada yang belum nampak yaitu kehidupan di
akhirat serta adanya surga. Mereka yang mencintai
kehidupan
materi dan hedonis , lebih memilih yang sifatnya tunai ,
kehidupan dunia bagaikan mutiara yang indah , memberi
kelezatan yang sangat nikmat , meyakinkan , sementara
kehidupan akhirat itu masih meragukan. Mereka tidak ingin
memilih kehidupan yang masih meragukan. Begitulah orang-
orang yang telah masuk perangkap dan memilih kehidupan
dunia."
Mereka yang memilih kehidupan itu , karena terkena rasukan dan bisikan setan
yang paling dahsyat. Binatang ternak lebih cerdas daripada mereka. Binatang
ternak bila takut dengan sesuatu yang membahayakan , mereka tidak akan berjalan
ke depan , meskipun dipukul. Tetapi , bagi mereka yang hedonis dan penikmat dunia
, itu mereka mengaku beriman kepada Allah S.W.T dan Rasul-Nya , serta pertemuan dengan-Nya , maka mereka
itu manusia yang paling sengsara , karena mereka mengetahui. Dan, jika mereka
tidak beriman dengan itu semua , menolak serta tidak menerima (Istijabah) maka
mereka lebih jauh dari kebenaran
Allah Azza Wa Jalla berfirman :
“Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling
buruk dalam pandangan Allah S.W.T ialah mereka yang tuli dan bisu (Tidak
mendengar dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti.”
(Al-Anfal : 20)
Para penganut paham hedonis dan pemuja kenikmatan dunia itu,
bila mereka menyatakan bahwa yang tunai itu lebih baik dibanding dengan yang
tertunda (Akhirat) , maka jawabannya adalah jika diantara yang tunai dan yang
tertunda sama nilainya , maka yang tunai itu lebih baik. Namun , jika keduanya
berbeda yaitu yang tertunda lebih baik dan besar nilainya , maka yang tertunda
lebih baik. Lantas bagaimana membandingkan antara dunia dan akhirat ??? Sementara
, dunia itu hanya satu nafas dari nafas-nafas akhirat ???
Rasulullah S.A.W bersabda :
“Perumpamaan dunia dengan akhirat adalah kalian mencelupkan
jari kalian ke laut , kemudian diangkat , lihatlah dunia hanya air yang ada di
jari tersebut.”
Hakekatnya , mengutamakan dunia yang sifatnya tunai ini atas
akhirat yang tertunda adalah tipuan dan kebodohan yang besar bagi manusia
Perbandingan antara dunia beserta isinya dengan akhirat berapakah umur manusia
??? Berapa lama ia menikmati dunia , kemudian selanjutnya mereka akan menuai
hasilnya di akhirat. Apakah orang yang berfikir dengan logis akan mendahulukan
kenikmatan sekarang (Di dunia) dalam waktu yang sangat singkat , mengharamkan
diri mereka dari kebaikan di akhirat yang sifatnya kekal abadi ??? Sebaliknya
mereka lebih memilih kenikmatan kecil dan sebentar untuk meninggalkan
kenikmatan yang tak ternilai harganya di akhirat , yang tak ada akhirnya dan tak
terhitung jumlahnya ???
Pernyataan sebagian diantara mereka , para penganut paham hedonis itu
, “Saya tidak akan meninggalkan sesuatu yang meyakinkan menuju suatu yang meragukan.”
Hanya ada 2 asumsi dari pernyataan itu , bisa jadi mereka meragukan janji dan
ancaman Allah S.W.T, meragukan kebenaran Rasul-Rasul-Nya, maka renungkanlah
ayat-ayat Allah yang Mahatinggi yang menunjukkan keberadaan-Nya, kekuasaan-Nya,
kehendak-Nya, ke-Esaan-Nya, kebenaran para utusan-Nya yang mereka kepada
manusia.
Allah Azza Wa Jalla berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar
(perintah-perintah-Nya).” (al-Anfal : 20)
Tentu, barangsiapa mau merenung sejenak, di mana sejak janin, hingga menjadi manusia yang sempurna, maka manusia akan menyimpulkan bahwa yang mengatur demikian rupa, serta mengatur setiap tahapan yang dilalui dalam kehidupannya, tidak mungkin manusia melakukan semua itu, kemudian ditelantarkan dan ditinggalkan sia-sia. Tidak mungkin diibiarkan tanpa perintah, dilarang mengerjakan sesuatu, tidak diberitahu kepadanya hak-hak-Nya, tidak memberi balasan baik dan buruk. Barangsiapa yang merenungkan semua makhluk-Nya baik yang ia lihat atau yang tidak, ia akan menyimpulkan, semua adalah bukti ke-Esaan Tuhan, adanya kenabian, hari pembalasan, dan al-Qur’an adalah semua itu benar.
Allah berfirman :
“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu iihat, dan dengan
apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu
(Allah yang diturunkan pada) Rasul yang mulia”. (Al-Haaqqah : 38-40).
Adanya eksistensi manusia merupakan bukti adanya Allah yang
Maha Esa, bukti kebenaran Rasul-Nya, dan bukti ketetapan sifat-sifat-Nya yang
sempurna. Termasuk adanya kehidupan akhirat, yang kekal dan abadi.
Adanya jaminan surga dan neraka. Manusia dapat memilihnya
sesuai dengan keyakinan mereka. Manusia yang mencintai dunia dan kenikmatan
materi, tak akan pernah dapat menerima kehidupan akhirat dan surga-Nya, yang
sifatnya masih tertunda itu. Wallahu‘alam.
Semoga dapat menambah keimanan para pembaca,Amin.. :)
Created by : Daffa Varyno Kurnia/06
ٱلْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
Tampian yang bagus berkreasi dan kreativ semoga bermanfaat
BalasHapus